Horas ma dihita saluhutna

Diberdayakan oleh Blogger.

Senin, 14 Juni 2010

" Sejarah " MAKAM RAJA SIDABUTAR" di TOMOK - PULAU SAMOSIR DANAU TOBA


Sore itu kami berjalan menelusuri Tomok sebuah nama desa di Pulau Samosir yang berada di tengah Danau Toba Sumatera Utara...kami singgah sejenak disebuah makam yang tak lain makam Raja Sidabutar Raja di desa itu pada masa sebelum dan sesudah masehi. Konon katanya kampung itu dulu diberi nama TOMOK, yang artinya GEMUK dulu raja memimpin masih dengan adat tradisional kuno dimana saat itu juga belum ada agama yang ada adalah agama Parmalim yang menganut kepercayaan terhadapa patung dan berhala dan hukum yang berlaku juga saat itu adalah hukum pancung dimana apabila seseorang itu bersalah kepalanya di penggal.. sejenak kami perhatikan banyak patung-patung kepala yang tersusun disamping makam raja sebagai bentuk simbolis. disamping makam raja ada 2 patung gajah. dimana dulu katanya untuk memperebutkan seorang gadis yang akan menjadi permai surinya mempersembahkan 2 ekor gajah yang telah dimistik oleh panglima perangnya yang berasal dari perbatasan Aceh. tampak juga di tempat itu ada meja dan kursi persidangan dimana tempat raja dulunya duduk bersama panglima dan pembantunya. meja dan kursi tersebut asli terbuat dari batu yang dipahat. demikian juga makam raja tersebut asli terbuat dari batu dan diukir patungnya dan panglima perangnya. serta dibelakangnya turut juga patung permai surinya. tepat di depan makam ada sebuah pohon tua yang disebut Pohon Besi karena pohon tersebut sangat susah untuk ditebang dulu katanya pohon itu menjadi tempat untuk mengikatkan tali kapal yang berlabuh. dan apabila terkena air, pohon itu semakin kuat dan keras.. dan ceritanya pada saat gempa aceh dan nias pohon itu bergetar dan getarannya sangat terasa. itu pertanda pohon itu memiliki kekuatan mistis atau gaib. hingga sekarang areal pemakaman itu masih terjaga, walau ada beberapa patung yang sudah lenyap termakan usia, namun masih meninggalkan bekas. didekat makam ada sebuah losung (lesung) tempat menumbuk padi jaman dahulu yang terbuat dari batu dan alunya dari kayu itu dulu katanya jika ada pemuda yang akan berpacaran tidak boleh bertemu ditempat yang tersembunyi harus bertemu di depan lesung itu sambil menumbuk padi. beda dengan sekarang..dimana ada tmpat sepi disitu ada 2 sejoli..hehehe. kalo dulu katanya apa bila ketahuan akan dihukum. bertanam padi selama 6 bulan. sebelum beranjak dari makam raja kami sempat berfoto dan ketika akanmelangkahkan kaki saya sempat menyentuh dagu patung raja tersebut. karena mitosnya kalo kita nyentuh dagu patung sang raja dan kita meminta sebuah keinginan akan dikabulkan. percaya ga percaya dicoba deh..heheh sapa tau beneran...tapi gag bermaksud jadi agama parmalim ya..hahaha.masih banyak cerita yang dapat diperoleh jika pembaca tertarik pergilah berkunjung ke tomok anda dapat menyebrang dari kota parapat dengan menaiki kapal motor atau kapal Ferry dari ajibata apabila anda ingin membawa kenderaan/mobil anda. karena selain Tomok anda juga dapat menikmati hangatnya Hot Spring tempat pemandian air Panas di Pangururan. sebagai informasi disana untuk mandi memang cukup mahal kalau menyewa kolam renang keluarga harus membayar Rp.10.000 per orang untuk 1 jam saja. dan jika hanya mandi di kamar mandinya saja tidak perlu bayar alias gratis.. tapi ada tapinya.. harus WAJIB Makan dan MINUM kalo ga ya bayar juga Rp.10.000-, hehehe sama juga toh? beda dengan sidebu-debuk yang ada di Berastagi bayar Rp.5000 paling mahal da Puas ampe bosan. tapi ada bedanya lho..kalau di pangururan kita mandi aroma belerangnya hampir tidak kecium rasa airnyapun sangat pahit dan sepertinya untuk terapi pengobatan gatal-gatal, masuk angin di pangururan sangat terasa efeknya. berbeda dengan di sidebu-debuk mandi 5 menit saja aroma belerangnya sangat terasa. bahkan sudah mandi dengan sabun pun baunya masih terasa dan butuh beberapa hari untuk menghilangkan baunya. nah tergantung anda suka yang mana..sesekali boleh donk jalan kesana...klo mau langsung ke medan anda dapat menempuh jalur TELE, terus ke SIDIKALANG, TONGGING, BRASTAGI, dan Ke Medan... namun info juga jalan kesana tidak begitu baik dan memakan waktu yang cukup lama untuk menempuh tongging. setelah beranjak dari makam raja kami berjalan menelusuri pasar tomok tempat dimana dijual berbagai macam cindera mata..tidak terlalu mahal kok..yg penting kita pintar menawar dari harga 40.000 bisa menjadi 20.000 bahkan 15.000 yang penting pintar menawar gak usa takut..orang batak disana baik-baik kok.. gang ada lagi org batak yang makan daging manusia disana..hehehe. alangkah lebih baik kalo kita bisa ajak teman yang udah pernah kesana biar jalannya lebih afdol lagi.. sejenak ketika saya melihat-lihat cendera mata, saya sejenak memperhatikan sebuah seruling.. dan saya coba memainkannya.. si penjual tercengang dan bahkan yang penjual yang sempat tertirdurpun terbangun" bah malonai ho ito namarsulim i..sampe tardungo au" (pintar kali abang mainkan serulingnya, sampai aku terbangun) katanya dan ada juga seorang ibu yang menanyakan saya marga apa dan dari mana. tidak sedikit pujian yang mereka lontarkan pada saya..samapai-sampai saya tersipu malu...hehehe...(baen jo ito salagu nai...) buat dulu bang satu lagu lagi katanya..bah...enak kali...jadi ketagihan neh..bayarlah ucapku dalam hati..hehehehe. akhirnya setelah selesai berbelanja ria dengan teman-teman kamipun naik kekapal untuk menuju kembali ke Parapat..See u Tomok...See U makam Raja Sidabutar" perlu dilestarikan sejarah budaya batak yang seperti itu karena didalamnya terkandung norma-norma dan kaidah--kaidah yang patut ditiru, baik dari segi kedisiplinan, ketatakramaan dan Adat istiadatnya yang sangat berpengaruh terhadap moral Anak Muda jaman sekarang" Horas...Horas..Horas...

Created By. Brando Purba, S.Kom ( Touring bersama SATRIA (Sarjana Triguna Dharma Medan Angk 1) * 13 Juni 2010

1 komentar: